Dr. Ir. Suripin M.Eng yang dikutip dari abstraksi Dwiyanto, Agung (2009) Stasiun Tawang Yang Terdholim, yang diterbitkan Jurnal Nasional, menyatakan bahwa topografi wilayah Semarang memiliki kemiringan antara 0 sampai 2% dan ketinggian ruang antara 0-3,5 mdpl. Adapun Semarang bagian atas dengan ketingggian antara 90-200 meter dari permukaan laut. Semarang sudah menjadi langganan banjir dan rob sejak beberapa tahun yang lalu. Jika penanganan banjir tidak sistimatis, diperkirakan pada 2019 Semarang bawah akan tenggelam. Prediksi itu didasarkan pada penurunan lahan yang terjadi tahun demi tahun, yang semakin lama semakin mengkhawatirkan
Begitu mudahnya kawasan Semarang bawah tergenang atau bahkan terendam banjir sehingga menjadi sebuah kondisi yang memprihatinkan. Ada kesan pula banjir ini "berpindah-pindah" lokasi sehingga kelayakan kawasan permukiman di kota bawah Semarang ini diperkirakan bisa memburuk dalam 10 tahun kedepan.
Pakar tata kota Undip Dr Ir Eddy Prianto CES DEA menilai, banjir yang berpindah-pindah ini menandakan terjadi pengaturan drainase yang tidak benar. Seharusnya dengan keberadaan masterplan drainase bisa menjadi acuan bagi seluruh pembangunan yang ada. Tak hanya drainase, kontur tanah pun dibutuhkan sebuah masterplan kontur tanah mengingat kondisi tanah yang naik turun.
Telah banyak diungkapkan oleh laporan ilmiah dari banyak cendekiawan tentang secara umum faktor utama penyebab penurunan tanah suatu kawasan, yaitu pengambilan air tanah yang tidak terkontrol. Memang fenomena pengambilan air tanah bersifat kontradikif bila dihubungkan dengan Kota Semarang sebagai kota besar yang tumbuh pesat diberbagai bidang, terutama bidang industri, real-estate dan jasa lainnya yang menuntut penyediaan air tanah yang berlimpah.
Sehingga jelas sudah bahwa penurunan tanah atau amblesan merupakan fenomena alam yang banyak terjadi di kota-kota besar, yang terletak di atas lapisan batuan sedimen. Penurunan tanah dapat disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, beban bangunan, konsolidasi alamiah lapisan tanah, serta akibat gaya tektonik. Dari berbagai sebab tersebut, pengambilan air tanah secara berlebihan melebihi kapasitas alirnya oleh industri diyakini sebagai penyebab utama terjadinya penurunan tanah. dengan langkah yang sigap, serius, kontruktif dan mengintegrasikan semua komponen pendukung penyelamatan penurunan permukaan air tanah dan permukaan tanah, dengan cara meminimalis pengambilan air tanah yang sembrono. Tentu saja disini fungsi PDAM Pemkot Semarang harus mampu menggantikan fungsi tersebut. Langkah ini bisa saja dengan jalan saluran air melalui pipa bawah tanah.
Daftar Pustaka
Suripin. 2009. “Stasiun Tawang Yang Terdholim.” Ed. Dwiyanto Agung. dalam Jurnal Nasional.
Rovicky.2010.“Patahan opak yang unik.” dalam Dongeng Geologi. dari cyber lingkungan dan sciens. http://rovicky.wordpress.com .diunduh tanggal 3/10/2010.
Begitu mudahnya kawasan Semarang bawah tergenang atau bahkan terendam banjir sehingga menjadi sebuah kondisi yang memprihatinkan. Ada kesan pula banjir ini "berpindah-pindah" lokasi sehingga kelayakan kawasan permukiman di kota bawah Semarang ini diperkirakan bisa memburuk dalam 10 tahun kedepan.
Pakar tata kota Undip Dr Ir Eddy Prianto CES DEA menilai, banjir yang berpindah-pindah ini menandakan terjadi pengaturan drainase yang tidak benar. Seharusnya dengan keberadaan masterplan drainase bisa menjadi acuan bagi seluruh pembangunan yang ada. Tak hanya drainase, kontur tanah pun dibutuhkan sebuah masterplan kontur tanah mengingat kondisi tanah yang naik turun.
Telah banyak diungkapkan oleh laporan ilmiah dari banyak cendekiawan tentang secara umum faktor utama penyebab penurunan tanah suatu kawasan, yaitu pengambilan air tanah yang tidak terkontrol. Memang fenomena pengambilan air tanah bersifat kontradikif bila dihubungkan dengan Kota Semarang sebagai kota besar yang tumbuh pesat diberbagai bidang, terutama bidang industri, real-estate dan jasa lainnya yang menuntut penyediaan air tanah yang berlimpah.
Sehingga jelas sudah bahwa penurunan tanah atau amblesan merupakan fenomena alam yang banyak terjadi di kota-kota besar, yang terletak di atas lapisan batuan sedimen. Penurunan tanah dapat disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, beban bangunan, konsolidasi alamiah lapisan tanah, serta akibat gaya tektonik. Dari berbagai sebab tersebut, pengambilan air tanah secara berlebihan melebihi kapasitas alirnya oleh industri diyakini sebagai penyebab utama terjadinya penurunan tanah. dengan langkah yang sigap, serius, kontruktif dan mengintegrasikan semua komponen pendukung penyelamatan penurunan permukaan air tanah dan permukaan tanah, dengan cara meminimalis pengambilan air tanah yang sembrono. Tentu saja disini fungsi PDAM Pemkot Semarang harus mampu menggantikan fungsi tersebut. Langkah ini bisa saja dengan jalan saluran air melalui pipa bawah tanah.
Daftar Pustaka
Suripin. 2009. “Stasiun Tawang Yang Terdholim.” Ed. Dwiyanto Agung. dalam Jurnal Nasional.
Rovicky.2010.“Patahan opak yang unik.” dalam Dongeng Geologi. dari cyber lingkungan dan sciens. http://rovicky.wordpress.com .diunduh tanggal 3/10/2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar